Thursday, July 08, 2004

Inul dan Linux

Anda tentu sedikit banyak mengikuti berita hingar bingar, pro-kontra yang memenuhi ruang-ruang media masa baik cetak maupun elektronik beberapa bulan lalu tentang Inul, sang penyanyi goyang ngebor yang begitu fenomenal dan menghebohkan. Saya tidak mengajak anda untuk memperpanjang opini tentang Inul. Tetapi saya ajak anda untuk mencoba melihat fenomena ini dari sisi lain, lebih tepatnya saya akan coba sandingkan Inul dengan Linux. Dua hal yang kelihatan tidak ada hubungannya tetapi sesungguhnya terdapat sisi-sisi yang sangat mirip. Terutama bagaimana proses keduanya melakukan sesuatu yang unik, sesuatu yang tidak biasa, sehingga menarik perhatian orang, menjadi begitu fenomenal dan menghebohkan.

Oh ya, maaf, barangkali anda sedikit mengernyitkan dahi ketika saya bicara Linux. Memang tidak semua orang mengetahui Linux. Walau saat ini Linux cukup populer di kalangan orang-orang yang bergerak di bidang IT (Information Technology). Karena memang Linux ini adalah sebuah program komputer, atau lebih tepatnya Operating System, semacam Windows tetapi mempunyai platform yang berbeda. Linux pertama kali dikembangkan oleh Linus Thorvalds. Nama Linux sendiri merupakan kombinasi nama si pencipta dan sistem operasi yang menjadi targetnya (UNIX). Torvalds adalah seorang mahasiswa universitas Helsinki yang menggunakan Minix. Minix adalah sistem operasi mirip UNIX yang bekerja pada PC. Walaupun cukup bagus, dia menganggap Minix masih kurang memadai. Pada tahun 1991 Torvalds membuat sistem operasinya sendiri yang diberi nama Linux.

Satu hal yang membuat Linux begitu fenomenal karena konsep pengembangan dan pendistribusian yang bersifat open source. Open source adalah model distribusi dibawah GNU Publik Licence (GPL), yang artinya setiap orang bebas menggunakan, memodifikasi, dan menjual Linux dengan syarat para pembuatnya mendapat penghargaan yang sesuai dan setiap perubahan harus tersedia untuk umum secara gratis. Konsep inilah yang melambungkan nama Linux, sehingga sangat cepat menyebar dan banyak dipakai dan dikembangkan kalangan yang banyak berhubungan dengan sistem di internet.

Sedangkan konsep pertumbuhan popularitas Inul selain karena berita-berita kontroversial yang merupakan sebuah iklan gratis, juga karena sistem distribusi VCD rekaman manggungnya yang terkesan serba gratis, silahkan dibajak, silahkan digandakan, tanpa bayar royalti. Anda baru bayar jika mengundang orangnya sendiri untuk tampil life.

Bukankah ini tidak berbeda dengan Linux, silahkan download gratis, silahkan gandakan sepuasnya, bahkan silahkan jual, tetapi anda harus bayar jika butuh support. Konsep ini ternyata begitu populer dan mendapat dukungan yang sangat luas oleh masyarakat IT di seluruh dunia, dan terutama para programmer independen dengan sukarela turut serta mengembangkan.

Jangan-jangan Linus Thorvalds ini terinspirasi dari goyang ngebor Inul waktu mau mengembangkan Linux, apalagi nama keduanya begitu mirip : Inul dan Linux, cuma selisih satu huruf x saja.

Dan kata Inul yang begitu dekat dengan Linux apakah juga sekedar kebetulan ?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home