Tuesday, January 04, 2005

Spirt dari Musashi

Selama usiaku yang telah berkepala tiga tidak ada satu novel yang begitu aku kagumi seperti cerita epik dari Jepang : Musashi karya Eiji Yoshikawa. Aku membaca pertama kali sekian belas tahun yang lalu ketika cerita itu masih menjadi cerita bersambung di harian Kompas. Waktu itu seorang kakak sepupuku yang memang doyan membaca mengklipping cerita bersambung Musashi dari harian tersebut dan menjilid sekedarnya. Entah kenapa, aku begitu terpukau membaca cerita itu, walau sebenarnya banyak hal membingungkan dan sulit aku mengerti sebagai anak usia belasan tahun yang baru duduk di bangku SMP. Kemudian aku baca lagi di perpustakaan sekolah waktu SMA, ketika itu Musashi sudah diterbitkan dalam bentuk buku menjadi beberapa jilid. Dan terakhir aku baca lagi setahun lalu ketika aku membelinya dalam versi satu jilid buku sangat tebal. Saat membaca terakhir inilah sebenarnya aku baru bisa memahami sepenuhnya keindahan novel yang konon kabarnya dicetak jauh lebih banyak dibanding jumlah penduduk Jepang sendiri.

Orang-orang Jepang meyakini Musashi ini bukan tokoh fiktif, ia hidup antara tahun 1584-1646. Musashi hingga saat ini dikenal sebagai maestro samurai, sedangkan Takuan yang merupakan guru spiritual Musashi adalah seorang pendeta besar Zen, dan juga seorang seniman ahli kaligrafi, pelukis dan ahli tentang upacara munum teh gaya Jepang.

Kisah ini menceritakan periode awal kehidupan musashi sampai dia berumur antara 28-29 tahun. Sesudah itu Musashi mengundurkan diri dari dunia ramai dan menuliskan buku yang banyak digandrungi orang amerika yaitu : Gorin No Sho atau Buku Tentang Lima Cincin. Buku itu sebenarnya uraian Musashi tentang permainan pedang, tetapi tersirat didalamnya sesungguhnya mencerminkan kunci pemahaman akan budaya manusia dan manajemen Jepang yang mengagumkan.

Bagian paling menarik, dan sampai saat ini tidak terlupakan adalah episode "Lahirnya Musashi". Ketika Takesho berganti nama menjadi Musashi. Musashi dikurung dalam menara berhantu selama 3 tahun oleh Takuan seorang guru Zen yang sangat termashur. Dari sinilah Musashi menemukan jati dirinya. Dia banyak mempelajari sejarah, filsafat dan spiritualitas. Hasil penggodokan selama 3 tahun ini menjadikan Musashi berhasil menemukan jati dirinya sebagai seorang samurai pengembara, menjalani kehidupannya di jalan pedang.

Konon spirit Musashi ini banyak menginspirasi orang-orang Jepang, orang-orang muda Jepang banyak mengidentikkan diri mereka sebagai musashi-musashi modern, sehingga pantas saja jika Jepang berhasil menjadi negara yang begitu luar biasa maju dan modern biarpun tanpa dukungan sumber daya alam yang memadai. Karena banyak diantara masyarakatnya merupakan maestro-maestro yang matang secara mental dan spiritual. (Andana, Jan 2004)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home