Friday, April 28, 2006

Chek Up

Chek Up

 

Seperti biasa setiap tahun selalu diadakan check up kesehatan oleh perusahaan. Setiap itu pula saya selalu mencari-cari alasan untuk menunda check-up. Mana kesehatan kurang fit lah, mana dibumbui dengan teori kesehatan bikinan sendiri bahwa konsep kesehatan bukan orang sehat dicari penyakitnya, tetapi orang sakit dicari penyakitnya dan disembuhkan. Dengan teori ini tentu saja alasan untuk tidak chek up menjadi terdukung.

 

Tetapi biar muter kemanapun akhirnya saya selalu berada di pihak yang kalah. Chek-up juga akhirnya. Walaupun biasanya dilakukan pada hari terakhir batas waktu peruntukan chek-up. Dan itupun karena sudah mendapat surat peringatan untuk segera check up oleh personalia.

 

Sesungguhnya ada alasan utama kenapa saya takut chek-up, yaitu jarum suntik. Setiap kali ngelihat jarum suntik sepertinya melihat monster yang menakutkan. Walaupun akhirnya ketika sang jarum menembus nadi lengan kanan untuk menyedot darah, juga aman-aman saja, artinya tidak sampai mematikan. Tetapi tidak urung seluruh tubuh jadi gemetar tidak karuan.

 

Akibatnya ya … itu. Tekanan darah yang tadinya normal-normal saja jadi melonjak drastis, tak urung dokter pemeriksa cek-up langsung saja kasih vonis hipertensi.

 

Ada seorang dokter spesialis anak, beliau ini punya ciri khas tidak mau nyuntik para pasiennya. Sehingga pasien-pasien yang kanak-kanak ini rata-rata senang kalau diperiksakan orang tuanya ke eyang dokter ini.

 

Disamping interpretasi seram tentang chek-up banyak pula cerita-cerita lucu yang mewarnainya. Ada dua orang teman, yang satu perokok berat, dan yang satu lagi tidak merokok sama sekali. Ketika konsultasi dokter, si perokok dinyatakan sehat-sehat saja, dan yang tidak merokok mendapat teguran dari dokter bahwa sebaiknya mengurangi merokok, atau kalau bisa menghentikannya …. Lho gimana ini ?

 

Ada satu lagi cerita lucu, seorang teman yang badannya kerempeng kecil ketika konsultasi dikomentari, kok masih ada di perusahaan bahan makanan yang sampai kekurangan berat badan kayak gini. Dengan tenang teman tadi menjawab. “Iya dok, soalnya saya bagian yang menangani produk sekiloan, bukan produk yang karungan 25 Kilo. (Andana)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home