Wednesday, May 03, 2006

[Resensi Buku] Tips Alternatif Menyiasati Hidup


Buku ini berjudul "Bo Wero" karya Wandi S. Brata (Gramedia Pustaka Utama). Ini memang bukan buku baru, tetapi bagi saya masih tetap enak untuk dibaca ulang.

Bo Wero atau ombo wero-wero sebuah kosakata dalam bahasa jawa untuk menggambarkan sesuatu yang begitu luas seakan tanpa batas. Suasana bo wero ternyata tidak perlu dibeli mahal untuk memilikinya, suasana itu bisa ditemukan di dalam diri kita sendiri. Cukup dengan berhenti sejenak melihat ke dalam diri. Dalam buku ini digambarkan secara apik dalam bagian epilog dengan tema Wisata Bersama Kura-kura. Sebuah perjalanan wisata yang amat lamban. Saking lambannya, justru segala sesuatu yang terlihat di sekeliling, yang sebenarnya adalah pemandangan keseharian yang biasa kita lihat, menjadi penuh keajaiban. Berjalan begitu pelan mencermati segala sesuatu menjadikan diri seakan melesat tinggi ke dalam pemahaman akan jatidiri. Segalanya seakan-akan menjadi hidup, cerah, ceria dan penuh arti.

Tampaknya hal-hal seperti ini yang sangat dibutuhkan masyarakat kita dewasa ini. Bagaimana memperluas bidang pandang mata batin kita yang setiap hari selalu disesaki dengan kajadian-kejadian kekerasan dan ketidakadilan yang membuat permukaan hati menjadi mudah berkarat.

Membaca buku ini, jadi teringat sebuah cerita yang entah dari mana asalnya, tentang seorang tua bijak dan seorang pemuda yang tampaknya lagi tidak bahagia. Tanpa banyak bicara pak tua mengambil segelas air dan kemudian ditaburi segenggam garam.

"Bagaimana rasanya bila diminum ?"

"Pahit, pahit sekali", kata si pemuda. Kemudian pak tua itu mengajak menuju sebuah telaga yang jernih airnya. Dia ambil segenggam garam dan ditaburkan pula ke danau sambil mengaduk-aduk airnya seakan menggarami telaga itu.

"Bagaimana rasanya air danau itu ?"

"Segar, tetap segar tidak terpengaruh oleh garam yang ditaburkan", kata si pemuda.

"Anak muda", kata pak tua lebih lanjut, "Pahitnya kehidupan seperti layaknya segenggam garam. Tapi kepahitan yang kita rasakan tergantung pada wadah yang menampungnya, yaitu hati kita. Jadi jangan buat hatimu seperti gelas, tapi buatlah seperti telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan"

Apakah ini sebuah tips mbeling ? Rasanya lebih tepat bila disebut tips alternatif untuk menyiasati hidup. Karena sesungguhnya kehidupan ini seperti fragmen-fragmen kejadian yang terpisah-pisah. Dan kesadaran akan diri merupakan benang merah untuk menyambung setiap fragmen menjadi rentetan kejadian dalam sebuah kehidupan yang utuh. Seperti dalam buku ini, yang berisi kumpulan tulisan kolom yang sebenarnya bisa diakses gratis di situs pembelajar.com kepunyaan Andrias Harefa dan kawan-kawan. Oleh penulisnya, Wandi S. Brata, yang juga menjabat sebagai manajer produksi-redaksi non fiksi di PT. Gramedia Pustaka Utama, kemudian diangkat menjadi buku yang tidak terlalu tebal. Masing-masing tips merupakan bagian dengan tema yang terpisah-pisah sehingga bisa dibaca tersendiri tidak perlu urut. Tetapi biarpun begitu, ternyata selalu ada benang merah yang menghubungkan masing-masing tips. Yaitu kebebasan, keluasan, kejernihan yang ujung-ujungnya mengarah pada spiritualitas dalam arti luas.

Barangkali sisi mbelingnya terletak pada hal-hal yang tidak biasa yang memang kentara sekali dalam buku ini. Mulai dari gaya penuturan kisah-kisahnya yang berani mengambil arah yang tidak umum dengan pendekatan pada peristiwa-peristiwa keseharian yang didalami maknanya, sampai pada pernyataan hak ciptanya yang keluar dari kebiasaan. Jika biasanya selalu ada ancaman hukum bagi pembajak hak cipta, justru di buku ini anda boleh menggandakannya tanpa perlu minta ijin, sepanjang untuk keperluan non komersial, katanya ini sebagai salah satu ekspresi mbeling penulisnya. Satu lagi yang tidak adil bila diabaikan, yaitu permohonan dari si penulis, apabila anda membacanya dan tidak memperoleh manfaat darinya, tolong buang buku ini di jalanan atau di tempat sampah, tetapi jangan di selokan atau di tungku api, dan dengan sangat dimohon dituliskan di sampulnya : JANGAN BACA BUKU INI !

Resensi Buku by Andana

Blog : andana.blogspot.com

0 Comments:

Post a Comment

<< Home