Thursday, July 08, 2004

Arkad, Orang Terkaya Di Babylon

(Cerita ini disarikan secara bebas dari buku : The Richest Man In Babylon karya George S. Clason)

Konon pada waktu itu Babylon merupakan kota terkaya, karena warganya merupakan orang-orang kaya, dan telah menerapkan tata keuangan dan perdagangan yang paling maju dibanding kota-kota lain di zamannya. Tersebutlah kisah tentang seorang juru tulis di lingkungan walikota Babylon, Arkad namanya. Sebagai seorang pegawai negeri ia harus bekerja setiap hari dari pagi hingga petang di atas lempeng-lempeng batu tulis.

Hari berganti hari dan musimpun silih berganti datang dan pergi, semuanya seakan-akan berlari kencang terkecuali pendapatan yang diterima Arkad. Rasanya pendapatannya tak pernah tersisa, sekedar cukup untuk kebutuhan sehari-hari seperti makan minum dan pakaian sederhana.

Pada suatu hari datanglah ke kantor walikota itu seorang pengusaha tua yang kaya raya bernama Algamish. "Aku minta salinan salinan hukum ke sembilan dan harus sudah tersedia dalam dua hari". Kata Algamish. "Bila tugas ini bisa kau selesaikan Arkad, aku akan memberimu 2 keping perunggu" Kata Algamish lebih lanjut.

Maka bekerja keraslah Arkad untuk segera memenuhi pesanan Algamish. Namun ternyata salinan tersebut cukup panjang, sehingga 2 hari kemudian tetap belum bisa diselesaikan oleh Arkad. Mengetahui hal ini Algamish marah-marah. 

Kata Arkad, "Algamish, engkau seorang kaya raya, beritahu aku rahasia bagaimana caranya kau menjadi kaya-raya, sebagai gantinya aku akan ukir lempengan batu salinan hukum ke sembilan ini sepanjang malam. Dan besok pagi-pagi akan ku serahkan padamu." 

"Baik, aku akan kembali besok, bila kau bisa selesaikan tugasmu, aku akan beri tahu kepadamu rahasia menjadi kaya." Jawab Algamish.

Sepanjang malam Arkad bekerja keras mengukir batu menyelesaikan pesanan Algamish, kantuk dan capai diabaikannya, sampai menjelang pagi selesailah ukiran tersebut. Setelah Algamish datang berkatalah Arkad, "Algamish, aku telah penuhi janjiku, sekarang giliran kamu memenuhi janji. Sekarang ceritakan rahasiamu menjadi kaya."

Dengan ucapan yang lembut Algamish berkata, "Baiklah anakku, sekarang dengarkan baik-baik. Ketemukan jalan menuju kekayaan ketika aku memutuskan bahwa sebagian dari seluruh perolehanku harus kusisihkan untuk diriku sendiri."

"Hanya itu rahasianya ?", kata Arkad seakan tidak puas

"Itu sudah cukup untuk mengubah hati seorang peggembala domba menjadi hati seorang kaya pemilik ribuan domba." Jawabnya.

"Tetapi bukankan aku telah gunakan seluruh pendapatanku untuk diriku sendiri ?"

"Tidak demikian." Kata Algamish. "Bukankah engkau membayar untuk sesuatu yang kau makan ? Engkau membayar orang lain untuk memperoleh baju, engkau membayar untuk memperoleh sepatu. Kau bekerja untuk orang lain dan engkau bayarkan pula semuanya untuk orang lain, lantas mana yang menjadi bagianmu ?" 

Kemudian Algamish melanjutkan. "Kalau kau simpan sepersepuluh saja pendapatanmu untuk dirimu sendiri, dalam sepuluh tahun berapa yang kau dapat ? Sebagian dari seluruh pendapatanmu adalah milik yang harus kau sisihkan untuk dirimu. Tidak boleh kurang dari sepersepuluhnya. Tidak peduli berapapun yang kau dapatkan. Kekayaan itu seperti pohon, yang tumbuh dari benih yang kecil. Keping tembaga pertama yang kau tanam, merupakan benih dimana pohon kekayaanmu akan tumbuh. Semakin cepat kau tanam pohon itu, semakin cepat pula pohon itu tumbuh. Dan jangan lupa sirami dan pupuk pohon itu secara bijaksana, maka ia akan semakin rindang dan menaungi kehidupanmu."

Beberapa tahun kemudian orang-orang di Babylon menyaksikan seorang muda bernama Arkad yang menjadi orang terkaya di Babylon. Memang untuk menuju ke sana bukan persoalan mudah, banyak onak dan duri yang harus dilalui Arkad. Tetapi dia yakin, karena telah memiliki kunci emas untuk membuka gerbang kekayaan yang diimpikannya, yaitu : menyisihkan sebagian pendapatan untuk dirinya sendiri. (Andana, Oct. 2003)

Inul dan Linux

Anda tentu sedikit banyak mengikuti berita hingar bingar, pro-kontra yang memenuhi ruang-ruang media masa baik cetak maupun elektronik beberapa bulan lalu tentang Inul, sang penyanyi goyang ngebor yang begitu fenomenal dan menghebohkan. Saya tidak mengajak anda untuk memperpanjang opini tentang Inul. Tetapi saya ajak anda untuk mencoba melihat fenomena ini dari sisi lain, lebih tepatnya saya akan coba sandingkan Inul dengan Linux. Dua hal yang kelihatan tidak ada hubungannya tetapi sesungguhnya terdapat sisi-sisi yang sangat mirip. Terutama bagaimana proses keduanya melakukan sesuatu yang unik, sesuatu yang tidak biasa, sehingga menarik perhatian orang, menjadi begitu fenomenal dan menghebohkan.

Oh ya, maaf, barangkali anda sedikit mengernyitkan dahi ketika saya bicara Linux. Memang tidak semua orang mengetahui Linux. Walau saat ini Linux cukup populer di kalangan orang-orang yang bergerak di bidang IT (Information Technology). Karena memang Linux ini adalah sebuah program komputer, atau lebih tepatnya Operating System, semacam Windows tetapi mempunyai platform yang berbeda. Linux pertama kali dikembangkan oleh Linus Thorvalds. Nama Linux sendiri merupakan kombinasi nama si pencipta dan sistem operasi yang menjadi targetnya (UNIX). Torvalds adalah seorang mahasiswa universitas Helsinki yang menggunakan Minix. Minix adalah sistem operasi mirip UNIX yang bekerja pada PC. Walaupun cukup bagus, dia menganggap Minix masih kurang memadai. Pada tahun 1991 Torvalds membuat sistem operasinya sendiri yang diberi nama Linux.

Satu hal yang membuat Linux begitu fenomenal karena konsep pengembangan dan pendistribusian yang bersifat open source. Open source adalah model distribusi dibawah GNU Publik Licence (GPL), yang artinya setiap orang bebas menggunakan, memodifikasi, dan menjual Linux dengan syarat para pembuatnya mendapat penghargaan yang sesuai dan setiap perubahan harus tersedia untuk umum secara gratis. Konsep inilah yang melambungkan nama Linux, sehingga sangat cepat menyebar dan banyak dipakai dan dikembangkan kalangan yang banyak berhubungan dengan sistem di internet.

Sedangkan konsep pertumbuhan popularitas Inul selain karena berita-berita kontroversial yang merupakan sebuah iklan gratis, juga karena sistem distribusi VCD rekaman manggungnya yang terkesan serba gratis, silahkan dibajak, silahkan digandakan, tanpa bayar royalti. Anda baru bayar jika mengundang orangnya sendiri untuk tampil life.

Bukankah ini tidak berbeda dengan Linux, silahkan download gratis, silahkan gandakan sepuasnya, bahkan silahkan jual, tetapi anda harus bayar jika butuh support. Konsep ini ternyata begitu populer dan mendapat dukungan yang sangat luas oleh masyarakat IT di seluruh dunia, dan terutama para programmer independen dengan sukarela turut serta mengembangkan.

Jangan-jangan Linus Thorvalds ini terinspirasi dari goyang ngebor Inul waktu mau mengembangkan Linux, apalagi nama keduanya begitu mirip : Inul dan Linux, cuma selisih satu huruf x saja.

Dan kata Inul yang begitu dekat dengan Linux apakah juga sekedar kebetulan ?