Monday, May 22, 2006

Senyum Ibunda

Pagi itu saya sangat bersyukur, ketika sampai di Klaten
jenazah ibunda baru akan dimandikan. Saya lihat wajahnya ...
seperti layaknya orang tertidur pulas saja. Begitu tenang,
begitu damai. Dan yang membuat saya terheran-heran ...
baru sekali itu saya melihat senyum yang luar biasa indah
tersungging dari bibirnya.
 
Seperti biasa setiap malam ibunda bangun untuk melaksanakan
sholat malam. Dan kebetulan waktu itu adalah malam kamis,
dimana ibunda minta disiapkan untuk makan sahur karena ingin
melaksanakan puasa senin-kamis. Jam 00:50 ibunda bangun
kemudian mengambil air wudlu, namun sesudah itu terdengar
ibunda batuk-batuk dan menyebut nama Allah ... Allah ...
disela-sela batuknya sehingga membuat bapak terbangun.
Ibunda meminta obat batuk, sesudah minum, batuknya berhenti
namun disusul badan yang berkeringat dingin dan mulai lemas.
Beliau minta dipanggilkan mbok Atmo tetangga sebelah yang
terbiasa menemani ibunda setiap hari. Kemudian kondisi ibunda
semakin melemas dan akhirnya dipanggil ke hadapan yang Kuasa
tepat jam 01:10 dipangkuan mbok Atmo dan dihadapan bapak,
dengan kata terakhir yang terdengar dari mulutnya : Allah ...
 
Lima tahun yang lalu ibunda terkena troke, sehingga menjadikan
tangan kanan sulit digerakkan dan saraf bicaranya terganggu.
Sejak itu sampai sekarang secara fisik sebenarnya kondisi ibunda
cukup baik. Beliau bisa beraktifitas normal sehari hari, bahkan
kadang bepergian nengok anak-cucu ke Banten, Karawang dan juga
ke Semarang.
 
Beliau memang sulit berbicara. Untuk menyebut nama suami
maupun anak-anaknya tidak mampu. Satu nama saja yang selama
5 tahun terakhir beliau ucapkan dengan lancar ... nama itu adalah :
ALLAH. Dan satu lagi keanehan, begitu dia berdiri melaksanakan
sholat, sebagian besar bacaan sholat dapat dia ucapkan !
Subhanallah ... Maha Suci Allah.
 
Barangkali itu yang membuat senyum terakhir ibunda begitu indah.
Dari bibir itu pula seakan-akan Tuhan mensucikan lisan ibunda
selama 5 tahun. Tidak mampu mengucapkan kata-kata apapun selain
kata Allah.
 
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih tak
terhingga kepada handai tolan, dan sahabat sekalian atas doa yang
tulus telah mengiringi kepergian ibunda kami menghadap yang Kuasa.
 
Dan apabila ada hal-hal yang tidak berkenan selama beliau bergaul
selama ini kami mohonkan maaf sebesar-besarnya.
 
Salam, Andana

Wednesday, May 03, 2006

[Resensi Buku] Tips Alternatif Menyiasati Hidup


Buku ini berjudul "Bo Wero" karya Wandi S. Brata (Gramedia Pustaka Utama). Ini memang bukan buku baru, tetapi bagi saya masih tetap enak untuk dibaca ulang.

Bo Wero atau ombo wero-wero sebuah kosakata dalam bahasa jawa untuk menggambarkan sesuatu yang begitu luas seakan tanpa batas. Suasana bo wero ternyata tidak perlu dibeli mahal untuk memilikinya, suasana itu bisa ditemukan di dalam diri kita sendiri. Cukup dengan berhenti sejenak melihat ke dalam diri. Dalam buku ini digambarkan secara apik dalam bagian epilog dengan tema Wisata Bersama Kura-kura. Sebuah perjalanan wisata yang amat lamban. Saking lambannya, justru segala sesuatu yang terlihat di sekeliling, yang sebenarnya adalah pemandangan keseharian yang biasa kita lihat, menjadi penuh keajaiban. Berjalan begitu pelan mencermati segala sesuatu menjadikan diri seakan melesat tinggi ke dalam pemahaman akan jatidiri. Segalanya seakan-akan menjadi hidup, cerah, ceria dan penuh arti.

Tampaknya hal-hal seperti ini yang sangat dibutuhkan masyarakat kita dewasa ini. Bagaimana memperluas bidang pandang mata batin kita yang setiap hari selalu disesaki dengan kajadian-kejadian kekerasan dan ketidakadilan yang membuat permukaan hati menjadi mudah berkarat.

Membaca buku ini, jadi teringat sebuah cerita yang entah dari mana asalnya, tentang seorang tua bijak dan seorang pemuda yang tampaknya lagi tidak bahagia. Tanpa banyak bicara pak tua mengambil segelas air dan kemudian ditaburi segenggam garam.

"Bagaimana rasanya bila diminum ?"

"Pahit, pahit sekali", kata si pemuda. Kemudian pak tua itu mengajak menuju sebuah telaga yang jernih airnya. Dia ambil segenggam garam dan ditaburkan pula ke danau sambil mengaduk-aduk airnya seakan menggarami telaga itu.

"Bagaimana rasanya air danau itu ?"

"Segar, tetap segar tidak terpengaruh oleh garam yang ditaburkan", kata si pemuda.

"Anak muda", kata pak tua lebih lanjut, "Pahitnya kehidupan seperti layaknya segenggam garam. Tapi kepahitan yang kita rasakan tergantung pada wadah yang menampungnya, yaitu hati kita. Jadi jangan buat hatimu seperti gelas, tapi buatlah seperti telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan"

Apakah ini sebuah tips mbeling ? Rasanya lebih tepat bila disebut tips alternatif untuk menyiasati hidup. Karena sesungguhnya kehidupan ini seperti fragmen-fragmen kejadian yang terpisah-pisah. Dan kesadaran akan diri merupakan benang merah untuk menyambung setiap fragmen menjadi rentetan kejadian dalam sebuah kehidupan yang utuh. Seperti dalam buku ini, yang berisi kumpulan tulisan kolom yang sebenarnya bisa diakses gratis di situs pembelajar.com kepunyaan Andrias Harefa dan kawan-kawan. Oleh penulisnya, Wandi S. Brata, yang juga menjabat sebagai manajer produksi-redaksi non fiksi di PT. Gramedia Pustaka Utama, kemudian diangkat menjadi buku yang tidak terlalu tebal. Masing-masing tips merupakan bagian dengan tema yang terpisah-pisah sehingga bisa dibaca tersendiri tidak perlu urut. Tetapi biarpun begitu, ternyata selalu ada benang merah yang menghubungkan masing-masing tips. Yaitu kebebasan, keluasan, kejernihan yang ujung-ujungnya mengarah pada spiritualitas dalam arti luas.

Barangkali sisi mbelingnya terletak pada hal-hal yang tidak biasa yang memang kentara sekali dalam buku ini. Mulai dari gaya penuturan kisah-kisahnya yang berani mengambil arah yang tidak umum dengan pendekatan pada peristiwa-peristiwa keseharian yang didalami maknanya, sampai pada pernyataan hak ciptanya yang keluar dari kebiasaan. Jika biasanya selalu ada ancaman hukum bagi pembajak hak cipta, justru di buku ini anda boleh menggandakannya tanpa perlu minta ijin, sepanjang untuk keperluan non komersial, katanya ini sebagai salah satu ekspresi mbeling penulisnya. Satu lagi yang tidak adil bila diabaikan, yaitu permohonan dari si penulis, apabila anda membacanya dan tidak memperoleh manfaat darinya, tolong buang buku ini di jalanan atau di tempat sampah, tetapi jangan di selokan atau di tungku api, dan dengan sangat dimohon dituliskan di sampulnya : JANGAN BACA BUKU INI !

Resensi Buku by Andana

Blog : andana.blogspot.com

Tuesday, May 02, 2006

[Dida's Dream Series] TRANSFORMASI

TRANSFORMASI

Saya memang sedang gandrung menggemari hal-hal yang berbau entrepreneurship, semangat itu pula yang mendorong saya bergabung di Entrepreneur University-nya pak Purdi E. Chandra. Dan ternyata di kelas presentasi itu yang saya dapatkan adalah sebuah kugilaan. Sebuah transformasi diri. Kalau tadinya saya gandrung dengan masalah entrepreneurship, sekarang menjadi gila entrepreneurship. Seolah-oleh saya yang lama mati dan terlahir kembali menjadi orang lain. Saya yang lama sebagai seorang karyawan telah mati dan yang ada kini adalah saya seorang entrepreneur.

Aktifitas keseharian saya memang belum berubah drastis, tetapi pola fikir saya sudah benar-benar berubah. Secara kasat mata saya masih seorang karyawan di perusahaan saya yang lama, tetapi jika anda mampu menerawang langsung ke dalam pribadi saya, saya ini bukan lagi karyawan. Tetapi adalah seorang entrepreneur yang menjual jasa ke perusahaan bekas saya bekerja. Dan sebagai seorang pengusaha yang gila, saya akan segera melakukan ekspansi merambah bidang-bidang bisnis lain. Jadi bersiap-siaplah anda menerima serbuan bisnis-bisnis baru saya yang heboh, enak, murah, dan memudahkan hidup anda sehari-hari.

Ada sebuah peringatan untuk anda. Jika anda tidak mau menjadi gila seperti saya, tolong jangan dekat-dekat saya. Kalau anda masih juga mendekat, saya tidak mau tanggung jika kegilaan ini menular ke anda. Hentikan ... jangan teruskan membaca artikel ini, saya sungguh tidak mau nanggung jika anda ketularan gila !

Dan sekarang saya tidak bisa dibendung lagi. Kegilaan saya ini telah kronis, dan tidak ada obatnya. Awas minggir ... minggir .... he he he ... ikutan yuk !

Dida's Dream Series by Andana
Blog : andana.blogspot.com

[Dida's Dream Series] Meditasi Pagi

Meditasi Pagi

 

Matahari pagi mulai menyembul, menyusup di sela sela dedaunan. Membawa suasana menjadi hangat. Tok otok otok teeeke … suara tokek entah kenapa turut menyemarakkan pagi itu, pagi di akhir bulan Mei ini membuat menggigil tubuh. Mungkin karena lebih terbiasa dengan udara panas Semarang, kena sedikit udara pagi di kampung halaman sudah menggigil kedinginan. Tampaknya sang tokek barusan bangun kesiangan karena semalaman begadang mencari makan. Sayup-sayup di kejauhan terdengar suara alunan orkestra meditasinya Kitaro, yang lembut tetapi selalu menyiratkan kegagahan dengan hentakan-hentakan dan sayatan yang mengiris-iris hati. Menjadikan pagi itu seperti sebuah adonan yang unik. Menghasilkan suasana yang aneh, tenang, atau bisa jadi ini yang disebut mistis. Memang pagi ini tidak seperti biasanya suasana keseharian. Yang selalu diwarnai aktifitas yang monoton. Yang itu-itu saja. Bangun tidur, mandi, sarapan, berangkat kantor pagi-pagi, aktifitas di kantor yang monoton, dan menjelang maghrib sampai di rumah kembali. Lantas mandi bercengkerama sebentar dengan keluarga, makan malam dan tidur. Esoknya pola yang sama berulang kembali.

 

Itukah kehidupan ? Entah. Barangkali memang Cuma begitu. Sering terbersit perasaan tidak puas dengan kehidupan yang seperti itu. Kenapa tidak seperti banyak orang lain. Yang mempunya peran besar di masyarakat. Mereka para pengusaha yang dengan bisnisnya bisa banyak membantu memberi nafkah pada banyak orang.

 

Ah sepertinya pertanyaan-pertanyaan seperti itu masih akan selalu menghantui, entah sampai kapan.(Klaten di Awal Musim Kemarau)

 

Dida's Dream Series by Andana